Sebuah tarian sakral Keraton Kasunanan Surakarta yaitu tari Bedaya Pangkur digelar diluar tembok keraton. Tarian yang berumur lebih dari 200 tahun ini dipentas dalam bentuk aslinya oleh koreografer jepang di Taman Budaya Solo, Jawa Tengah.
Jangan membayangkan tari ini penuh dengan gerakan energik seperti halnya tari moderen dan kontemporer. Di sepanjang pementasan tari Bedaya Pangkur, karya Pakubuwono IV ini bertempo lambat. Seperti tari yang diciptakan antara tahun 1787 hingga 1820 ini mengambarkan syair yang romantis.
Gerak lambat ditengah iringan gending pangkur mengambarkan keseimbangan antara hawa nafsu dan akal sehat manusia. Sembilan penari merupakan manevestasi pada manusia sebagai pengendali hawa nafsu.
Pentas tari Bedaya Pangkur di Teater Arena Taman Budaya Surakarta (TBS) ini terakhir kali dipentaskan pada tahun 1970. Ironisnya tarian asli ini justru hasil kerja koreografer Jepang, Michi Tomioka yang melakukan penelitian terhadap tarian Bedaya Pangkur.
Jangan membayangkan tari ini penuh dengan gerakan energik seperti halnya tari moderen dan kontemporer. Di sepanjang pementasan tari Bedaya Pangkur, karya Pakubuwono IV ini bertempo lambat. Seperti tari yang diciptakan antara tahun 1787 hingga 1820 ini mengambarkan syair yang romantis.
Gerak lambat ditengah iringan gending pangkur mengambarkan keseimbangan antara hawa nafsu dan akal sehat manusia. Sembilan penari merupakan manevestasi pada manusia sebagai pengendali hawa nafsu.
Pentas tari Bedaya Pangkur di Teater Arena Taman Budaya Surakarta (TBS) ini terakhir kali dipentaskan pada tahun 1970. Ironisnya tarian asli ini justru hasil kerja koreografer Jepang, Michi Tomioka yang melakukan penelitian terhadap tarian Bedaya Pangkur.
No comments:
Post a Comment